Judulnya kok
kayak judul buku atau judul sinetron ya.. Iya emang.. Bermula dari buber awal
Ramadan kemarin. Teman dulu waktu sekolah ngajak buka bersama. Hhmm.. tumben
nih. Aku ok aja. Kebetulan sudah lama banget tak ngobrol-ngobrol dengan teman
ini. Pertama kali ketemu.. Wajah &
badannya masih seperti dulu, tinggi kurus. Lama juga kita ngobrol-ngobrolnya. Dari jam 5
sore sampai sekitar jam setengah 8 malam. Ternyata temanku ini banyak curhat
tentang masalah pribadinya. Masalah rumah tangganya. Aku hanya tertegun tak
menyangka masalahnya cukup menyesakkan dada. Biasa lah masalah rumah tangga tak
jauh beda dengan masalah KDRT. KDRT tidak hanya kekerasan fisik namun juga
kekerasan ekonomi dan kekerasan mental. Dan dari ngobrol-ngobrol ini aku merasa
temanku ini mengalami kekerasan semuanya.
Pertama, di cerita bahwa sudah tidak
nyaman alias sakit bila sang suami mengajak berhubungan. Bahkan dia merasa
“diperkosa” oleh suaminya sendiri. Faktor ini mungkin dikarenakan teman ini
secara psikologis sudah tidak ada “rasa” dengan sang suami.
Kedua, faktor ekonomi. Sang suami tidak
jelas pekerjaannya. Tiap hari pekerjaannya hanya mancing seharian. Untungnya
temanku ini punya pekerjaan kecil-kecilan membuat kue talam yang biasa di setor
ke pasar-pasar. Sang suami cukup menelantarkan istri anaknya. Anaknya tidak begitu
dekat dengan bapaknya. Ketika anak tidur, bapak baru pulang dan saat anak
bangun untuk siap ke sekolah bapaknya baru tidur. Anak pulang sekolah, bapaknya
sudah pergi entah kemana. Ketiga faktor mental, temanku ini berasa jiwanya tak
tenang. Dia akan ketakutan sendiri bila berada di rumah seorang diri. Jika
malam, tidur pun tak nyenyak. Sejak ada perasaan ingin pisah. Temanku ini
dengan sang suami masih satu rumah tapi tak sekamar. Jadi saat teman ini
sendirian, jiwanya merasa terancam. Takut suaminya akan mengetuk pintu dan
mengajaknya untuk berhubungan. Sungguh tragis. Merasa terancam di rumahnya
sendiri..
Dari masalah
rumah tangganya juga berimbas kurang baiknya hubungan dengan orang tuanya.
Alasan dia akan berpisah ternyata ditentang oleh ortunya. Bahwa teman ini
diancam ortunya jika dia nekat cerai maka hak warisnya akan dicabut.. Mengapa
orang tuanya tega berbuat seperti itu ya. Kebetulan rumah teman ini sangat
dekat dengan rumah ortunya. Jelas-jelas ortunya pasti tahu bagaimana perilaku
mantunya. Apa mungkin ortunya malu ke orang-orang jika salah satu anaknya ada
yang bercerai. Maybe..
Aku yang hanya mendengar curhatan teman
ini cukup gregetan juga. Tapi bagaimana lagi. Sebenarnya temanku sudah ada
solusi. Temanku ini bisa saja tak pisah dengan sang suami. Dia akan tetap akan
melayani kebutuhan harian suaminya asalkan ada syaratnya, sang suami tak boleh
menyentuhnya lagi. teman ini tak sanggup. Solusi kedua, temanku ini mau dimadu
alias dipoligami. Dia rela.. karena temanku merasa tak bisa melayani sang suami
dengan baik.
Dari
curhatan teman ini, bukannya aku ingin mengumbar masalah rumah tangga orang namun aku hanya dapat mengambil hikmahnya. Tak ada manusia yang sempurna.
Dan manusia hanya makhluk Tuhan yang tak luput dari masalah. Aku hanya berharap
semoga temanku ini dapat solusi yang terbaik. Dia akan kuat dengan masalah yang
dihadapinya.. Amin..