Selasa, 15 Oktober 2013

Labbaik Allohumma Labbaik


Ah.. kapan aku bisa mengucapkan itu di tanah suci. Memakai baju ikhram, thawaf mengelilingi ka’bah, sai, wukuf di Arafah dan melontar jumrah. Itu mungkin itu hanya sebuah impian. Impian besar bagi setiap muslim yang belum berhaji. Dan entahlah kapan aku  bisa melaksanakan rukun islam yang ke lima ini. Sebelum berhaji, perlu ada pertanyaan pada diri sendiri. Apakah aku bisa berkurban setiap tahunnya. Aku jadi malu. Bisakah aku memantapkan hati untuk berhaji sementara semangat kurbanku masih dipertanyakan.
Berhaji memang sebaiknya dilakukan pada usia muda setidaknya di bawah umur 50 tahun. Terkadang aku kasihan pada orang tua yang sudah sepuh berhaji. Dilihat secara fisik mereka lemah tapi semangatnya takkan luntur. Namun apa daya karena kemampuan materi berhaji itu sangat mahal maka rata-rata orang berhaji pada usia tua. Mereka menabung dahulu untuk mempersiapkan bekalnya. Seperti kata pak Ary Ginanjar di buku ESQ, justru ketika kita masih dalam usia produktif bekal untuk meningkatkan ketangguhan pribadi dan ktangguhan sosial melaui peningkatan kadar kecerdasan emosi dan spiritual. Sehingga “benefit” haji ini bisa lebih optimum dimanfaatkan dan dirasakan di dalam hidup, untuk membangun dan mensejahterakan bumi sehingga modal dasar dalam meraih keberhasilan.
Kembali ke pertanyaanku, bisakah aku nanti memenuhi panggilanMu untuk mengunjungi rumahMu ? Insya Alloh....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar