Ah.. kapan aku bisa mengucapkan itu
di tanah suci. Memakai baju ikhram, thawaf mengelilingi ka’bah, sai, wukuf di
Arafah dan melontar jumrah. Itu mungkin itu hanya sebuah impian. Impian besar
bagi setiap muslim yang belum berhaji. Dan entahlah kapan aku bisa melaksanakan rukun islam yang ke lima
ini. Sebelum berhaji, perlu ada pertanyaan pada diri sendiri. Apakah aku bisa
berkurban setiap tahunnya. Aku jadi malu. Bisakah aku memantapkan hati untuk
berhaji sementara semangat kurbanku masih dipertanyakan.
Berhaji memang sebaiknya dilakukan pada
usia muda setidaknya di bawah umur 50 tahun. Terkadang aku kasihan pada orang
tua yang sudah sepuh berhaji. Dilihat secara fisik mereka lemah tapi semangatnya
takkan luntur. Namun apa daya karena kemampuan materi berhaji itu sangat mahal
maka rata-rata orang berhaji pada usia tua. Mereka menabung dahulu untuk
mempersiapkan bekalnya. Seperti kata pak Ary Ginanjar di buku ESQ, justru
ketika kita masih dalam usia produktif bekal untuk meningkatkan ketangguhan
pribadi dan ktangguhan sosial melaui peningkatan kadar kecerdasan emosi dan
spiritual. Sehingga “benefit” haji ini bisa lebih optimum dimanfaatkan dan
dirasakan di dalam hidup, untuk membangun dan mensejahterakan bumi sehingga
modal dasar dalam meraih keberhasilan.
Kembali ke pertanyaanku, bisakah aku
nanti memenuhi panggilanMu untuk mengunjungi rumahMu ? Insya
Alloh....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar