Senin, 06 Juli 2015

Catatan Hati seorang Istri



Judulnya kok kayak judul buku atau judul sinetron ya.. Iya emang.. Bermula dari buber awal Ramadan kemarin. Teman dulu waktu sekolah ngajak buka bersama. Hhmm.. tumben nih. Aku ok aja. Kebetulan sudah lama banget tak ngobrol-ngobrol dengan teman ini. Pertama kali  ketemu.. Wajah & badannya masih seperti dulu, tinggi kurus.  Lama juga kita ngobrol-ngobrolnya. Dari jam 5 sore sampai sekitar jam setengah 8 malam. Ternyata temanku ini banyak curhat tentang masalah pribadinya. Masalah rumah tangganya. Aku hanya tertegun tak menyangka masalahnya cukup menyesakkan dada. Biasa lah masalah rumah tangga tak jauh beda dengan masalah KDRT. KDRT tidak hanya kekerasan fisik namun juga kekerasan ekonomi dan kekerasan mental. Dan dari ngobrol-ngobrol ini aku merasa temanku ini mengalami kekerasan semuanya.
Pertama, di cerita bahwa sudah tidak nyaman alias sakit bila sang suami mengajak berhubungan. Bahkan dia merasa “diperkosa” oleh suaminya sendiri. Faktor ini mungkin dikarenakan teman ini secara psikologis sudah tidak ada “rasa” dengan sang suami.
Kedua, faktor ekonomi. Sang suami tidak jelas pekerjaannya. Tiap hari pekerjaannya hanya mancing seharian. Untungnya temanku ini punya pekerjaan kecil-kecilan membuat kue talam yang biasa di setor ke pasar-pasar. Sang suami cukup menelantarkan istri anaknya. Anaknya tidak begitu dekat dengan bapaknya. Ketika anak tidur, bapak baru pulang dan saat anak bangun untuk siap ke sekolah bapaknya baru tidur. Anak pulang sekolah, bapaknya sudah pergi entah kemana. Ketiga faktor mental, temanku ini berasa jiwanya tak tenang. Dia akan ketakutan sendiri bila berada di rumah seorang diri. Jika malam, tidur pun tak nyenyak. Sejak ada perasaan ingin pisah. Temanku ini dengan sang suami masih satu rumah tapi tak sekamar. Jadi saat teman ini sendirian, jiwanya merasa terancam. Takut suaminya akan mengetuk pintu dan mengajaknya untuk berhubungan. Sungguh tragis. Merasa terancam di rumahnya sendiri..
Dari masalah rumah tangganya juga berimbas kurang baiknya hubungan dengan orang tuanya. Alasan dia akan berpisah ternyata ditentang oleh ortunya. Bahwa teman ini diancam ortunya jika dia nekat cerai maka hak warisnya akan dicabut.. Mengapa orang tuanya tega berbuat seperti itu ya. Kebetulan rumah teman ini sangat dekat dengan rumah ortunya. Jelas-jelas ortunya pasti tahu bagaimana perilaku mantunya. Apa mungkin ortunya malu ke orang-orang jika salah satu anaknya ada yang bercerai. Maybe.. 
Aku yang hanya mendengar curhatan teman ini cukup gregetan juga. Tapi bagaimana lagi. Sebenarnya temanku sudah ada solusi. Temanku ini bisa saja tak pisah dengan sang suami. Dia akan tetap akan melayani kebutuhan harian suaminya asalkan ada syaratnya, sang suami tak boleh menyentuhnya lagi. teman ini tak sanggup. Solusi kedua, temanku ini mau dimadu alias dipoligami. Dia rela.. karena temanku merasa tak bisa melayani sang suami dengan baik.
     Dari curhatan teman ini, bukannya aku ingin mengumbar masalah rumah tangga orang namun aku hanya dapat mengambil hikmahnya. Tak ada manusia yang sempurna. Dan manusia hanya makhluk Tuhan yang tak luput dari masalah. Aku hanya berharap semoga temanku ini dapat solusi yang terbaik. Dia akan kuat dengan masalah yang dihadapinya.. Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar