Senin, 22 April 2013

INDONESIA MENGAJAR

Dua buku seri Indonesia Mengajar telah kubaca. Ya buku yang berisi tentang kisah para pengajar muda yang bertugas menjadi guru di daerah pelosok indonesia. Mereka menanggalkan segala kenikmatan diri untuk mengajar anak-anak SD di daerah terpencil selama satu tahun. Selain mengisi kekurangan guru di dartah terpencil juga memberi kontribusi pada pendidikan di Indonesia. Gerakan IM juga dimaksudkan mempersiapakan generasi muda para calon pemimpin masa depan agar tidak hanya memiliki bekal world class competence  namun juga memiliki grass root understanding.
 Program indonesia mengajar merupakan program dari bang Anies Baswedan. Siapa yang kenal Anies Baswedan ? Prestasi membanggakan telah ditoreh Anies di kancah nasional maupun internasional. Anies juga merupakan rektor termuda di Indonesia. Saat ini Anies menjabat sebagai rektor di universitas Paramadina. Bukti Anies yang cinta pada bangsa ini, dia tunjukkan dengan keinginannya agar semua anak indonesia dimana pun mereka berada mendapat pendidikan yang layak dengan mengirimkan guru-guru muda yang berpontensial. Bukankah salah satu dari tujuan negara kita yang tercantum dalam pembukaan UUD 45 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang maju merupakan bangsa yang peduli pada pendidikan.
Alkisah, seorang anak SD bernama Abdul Karim, dengan seksama menyaksikan sebuah eksperimen yang dilakukan gurunya. Sang guru sedang memegang cermin untuk memantulkan cahaya matahari dan mengarahkannya pada tumpukan.
“Abdul Karim,” kata sang guru. “If you focus on one thing and you are seriously studying it, YOU CAN BURN THE WORLD.” Abdul karim itu akhirnya menjadi ahli fisika dengan spesialisasi rudal dan menjadi presiden muslim pertama India yang penduduknya mayoritas hindu. Suatu ketika Abdul Karim berkata, “ saya menjadi seperti ini karena kat-kata guru saya waktu sekolah dasar.” (Prasojo, 2012)
Nah, IM mengajak para pemuda Indonesia untuk menjadi sosok-sosok inspiratif bagi anak-anak Indonesia. Mereka berjuang demi negri ini dan melahirkan ribuan anak seperti Abdul Karim.
Kisah para pengajar muda itu membuatku flash back pada suatu keinginanku. Aku sangat ingin merasakan mengajar di suatu lingkungan yang “berbeda”. Aku ingin mengajar anak-anak yang mungkin kurang beruntung yaitu anak-anak berkebutuhan khusus atau anak-anak yang kurang beruntung akan fasilitas pendidikan di daerah pelosok. Aku tak tahu pasti apa alasanku tentang keinginanku itu. Yang pasti jikalau aku bisa mengajar anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), aku akan selalu belajar bersyukur. Alhamdullillah aku diberi fisik dan pikiran yang normal. Dan jikalau aku mengajar didaerah pelosok, aku juga akan bersyukur. Alhamdulillah aku bisa mengeyam sekolah dengan mudahnya. Tidak seperti anak-anak di daerah pelosok yang bersekolah dengan segala keterbatasan fasilitas.
Aku sangat apresiasi pada para pengajar di daerah pelosok. Karena seperti kata KH Imam Zarkazy (pendiri pondok pesantren modern Gontor) yang mengatakan bahwa orang-orang besar adalah mereka yang mau mengajar dan mengamalkan ilmunya di di tempat terpencil dengan kondisi yang serba terbatas. Bagi beliau memaknai pendidikan sebagai ladang jihad yang sesungguhnya. Kalau engkau ingin sesuatu ajarkanlah sesuatu itu kepada orang lain. Dan seperti di sampul belakang buku Indonesia Mengajar 2, bukankah tugas orang terdidik adalah mendidik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar