Dua buku
seri Indonesia Mengajar telah kubaca. Ya buku yang berisi tentang kisah para pengajar
muda yang bertugas menjadi guru di daerah pelosok indonesia. Mereka
menanggalkan segala kenikmatan diri untuk mengajar anak-anak SD di daerah
terpencil selama satu tahun. Selain mengisi kekurangan guru di dartah terpencil
juga memberi kontribusi pada pendidikan di Indonesia. Gerakan IM juga
dimaksudkan mempersiapakan generasi muda para calon pemimpin masa depan agar
tidak hanya memiliki bekal world class
competence namun juga memiliki grass root understanding.
Program indonesia mengajar merupakan program
dari bang Anies Baswedan. Siapa yang kenal Anies Baswedan ? Prestasi
membanggakan telah ditoreh Anies di kancah nasional maupun internasional. Anies
juga merupakan rektor termuda di Indonesia. Saat ini Anies menjabat sebagai
rektor di universitas Paramadina. Bukti Anies yang cinta pada bangsa ini, dia
tunjukkan dengan keinginannya agar semua anak indonesia dimana pun mereka
berada mendapat pendidikan yang layak dengan mengirimkan guru-guru muda yang
berpontensial. Bukankah salah satu dari tujuan negara kita yang tercantum dalam
pembukaan UUD 45 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang maju
merupakan bangsa yang peduli pada pendidikan.
Alkisah,
seorang anak SD bernama Abdul Karim, dengan seksama menyaksikan sebuah
eksperimen yang dilakukan gurunya. Sang guru sedang memegang cermin untuk
memantulkan cahaya matahari dan mengarahkannya pada tumpukan.
“Abdul Karim,”
kata sang guru. “If you focus on one thing and you are seriously studying it,
YOU CAN BURN THE WORLD.” Abdul karim itu akhirnya menjadi ahli fisika dengan
spesialisasi rudal dan menjadi presiden muslim pertama India yang penduduknya
mayoritas hindu. Suatu ketika Abdul Karim berkata, “ saya menjadi seperti ini
karena kat-kata guru saya waktu sekolah dasar.” (Prasojo, 2012)
Nah, IM
mengajak para pemuda Indonesia untuk menjadi sosok-sosok inspiratif bagi
anak-anak Indonesia. Mereka berjuang demi negri ini dan melahirkan ribuan anak
seperti Abdul Karim.
Kisah para
pengajar muda itu membuatku flash back pada suatu keinginanku. Aku sangat ingin
merasakan mengajar di suatu lingkungan yang “berbeda”. Aku ingin mengajar
anak-anak yang mungkin kurang beruntung yaitu anak-anak berkebutuhan khusus
atau anak-anak yang kurang beruntung akan fasilitas pendidikan di daerah
pelosok. Aku tak tahu pasti apa alasanku tentang keinginanku itu. Yang pasti
jikalau aku bisa mengajar anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), aku akan selalu
belajar bersyukur. Alhamdullillah aku diberi fisik dan pikiran yang normal. Dan
jikalau aku mengajar didaerah pelosok, aku juga akan bersyukur. Alhamdulillah
aku bisa mengeyam sekolah dengan mudahnya. Tidak seperti anak-anak di daerah
pelosok yang bersekolah dengan segala keterbatasan fasilitas.
Aku sangat
apresiasi pada para pengajar di daerah pelosok. Karena seperti kata KH Imam
Zarkazy (pendiri pondok pesantren modern Gontor) yang mengatakan bahwa
orang-orang besar adalah mereka yang mau mengajar dan mengamalkan ilmunya di di
tempat terpencil dengan kondisi yang serba terbatas. Bagi beliau memaknai
pendidikan sebagai ladang jihad yang sesungguhnya. Kalau engkau ingin sesuatu
ajarkanlah sesuatu itu kepada orang lain. Dan seperti di sampul belakang buku
Indonesia Mengajar 2, bukankah tugas orang terdidik adalah mendidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar