Kemarin jumat pagi
ada kabar yang yang sangat mengagetkan, seorang ustad yang sangat
terkenal mendadak meninggal dunia karena kecelakaan tunggal. Ustad
ini tergolong masih muda. Banyak pengantar yang mengiringi ustad ini
pergi ke peristirahatan terakhirnya.
Kematian ? Siapa
yang tak mengalami kematian. Setiap makhluk yang bernyawa pasti mati.
Dan aku sadar bahwa kematian perlu dipersiapkan. Apa bekal kita mati
? Aku belum lama ini mengikuti pengajian yang diadakan oleh sebuah
yayasan yang mengurus kematian. Setiap Rabu Pahing para anggotanya
mengadakan pengajian rutin. Anggota ini adalah para calon jenazah.
Mereka bergabung dengan yayasan kematian ini mungkin untuk
mempersiapkan kematiannya. Besok jika suatu ketika mereka mati ada
orang yang bisa merawat jenazahnya. Ada yang memandikan jenazahnya,
mensholatkannya bahkan ada mobil jenazah yang mengantarnya sampai ke
peristirahan terakhir. Memang jika ada seseorang yang meninggal maka
ahli warisnyalah yang wajib mempersiapkannya. Namun mungkin mereka
yang mengikuti yayasan ini adalah mereka yang tak ingin merepotkan
ahli warisnya. Dan tak pelak lagi, ketika aku mengikuti pengajian
ini. Kebanyakan adalah orang-orang sepuh. Mungkin rata-rata usia
mereka di atas 60 tahun. Ya.. aku salut pada mereka. Usia tak
mempengaruhi mereka untuk mengaji. Inilah bekal mereka sebelum ajal
menjemput, mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya.
Cerita tentang
kematian mungkin banyak kita ketahui. Dan di sini ada cerita
tokoh-tokoh dunia yang sudah kita dengar bisa menjadi pelajaran bagi
kita yang masih hidup. Salah satunya kematian Khadafi, pemimpin
Libya. Dunia mungkin terhenyak. Ini mugkin perharuan dari Negara
Libya. Kisah tragis tewasnya khadafi cukup memberi hikmah pada kita.
Setelah Kadhafi dinyatakan tewas rakyat malah bergembira. Rakyat
turun ke jalan di Tripoli (ibukota Libya) untuk merayakan kabar
tewasnya khadafi. Mereka melepaskan tembakan ke udara dan membunyikan
klakson kendaraan. Kemeriahan tewasnya pemimpin Libya ini seperi
rakyat yang merayakan kemerdekaan negaranya dari belenggu keserakahan
negaranya. Bahkan jenazah Khadafi hanya disimpan di lemari pendingin
sebuah pusat perbelanjaan dan dipertontonkan layaknya seorang
penjahat bukan seorang presiden. Sungguh sangat ironis. Begitukah
rakyat Libya memandang pemimpinnya. Selayaknya jika ada pemimpin
negaranya meninggal pasti rakyatnya akan menangisi kepergiannya.
Namun ini sangat berbeda di Libya. Di Libya, Khadafi dikenal sebagai
pemimpin yang otoriter dan berkuasa sangat lama.
Lain Khadafi lain
lagi dengan kisah Alfred Nobel, tokoh penemu dinamit. Pernyataan yang
ditulis di sebuah suratkabar menyatakan “le marchand de la mort
est mort” (Pedagang Kematian Meninggal) dan lebih lanjut
menuliskan, "Dr. Alfred Nobel yang telah menjadi kaya raya
menemukan sejumlah cara untuk membunuh manusia lebih cepat dari yang
pernah ada sebelumnya itu, kemarin telah meninggal dunia." Nobel
yang saat itu masih hidup kaget melihat berita itu di koran. Nobel
merasa terpukul ternyata jika dia meninggal orang-orang akan
menganggapnya sebagai orang yang jahat dan sejak itu Nobel bertekad
jika suatu saat dia meninggal akan mewariskan hartanya untuk
kemanusiaan. Karena salah berita akhirnnya koran mengklarifikasi
bahwa yang meninggal bukan Alfred Nobel, penemu dinamit.
Nobel memang
menjadi kaya dan terkenal akibat dinamit, namun ia merasa kecewa
karena dinamit justru digunakan pihak militer untuk tujuan perang dan
menghancurkan umat manusia. Nobel yang sangat cinta damai dan
membenci perang, sebenarnya menginginkan dinamit dipakai untuk tujuan
pembangunan.
Pada 27 November
1895 di Klub Swedia-Norwegia di Paris, Nobel menandatangani wasiat
dan pernyataan terakhirnya dengan membentuk Hadiah Nobel untuk
diberikan setiap tahunnya tanpa ada perbedaan bangsa. Nobel wafat
terkena stroke pada 10 Desember 1896 di Sanremo, Italia. Jumlah yang
disisihkan untuk yayasan Hadiah Nobel adalah sekitar 31 juta kronor
(4.200.500 USD).
Pernyataan Nobel
yang dipublikasikan pada 1888 sebelum wafatnya di sebuah suratkabar
Prancis menyatakan bahwa dia mengutuk penemuan dinamitnya sehingga
membuat dirinya memutuskan untuk meninggalkan sejumlah warisan bagi
dunia seusai kematiannya.
Dari kisah kedua
tokoh diatas kita dapat belajar tentang hidup sebelum kita mati.
Kematian adalah sesuatu yang amat dekat, lebih dekat dari urat leher
kita namun sering terlupakan. Mumpung kita masih hidup perbanyaklah
berbuat adil pada orang lain. Kelak suatu saat nanti jika kita
meninggalkan dunia ini dengan cara yang indah. Bukankah orang yang
sukses menghadapi sang maut adalah mereka yang menutup hidupnya
dengan indah (khusnul khotimah) ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar