Senin, 29 April 2013

TENTANG AKHIR HIDUP MANUSIA

Kemarin jumat pagi ada kabar yang yang sangat mengagetkan, seorang ustad yang sangat terkenal mendadak meninggal dunia karena kecelakaan tunggal. Ustad ini tergolong masih muda. Banyak pengantar yang mengiringi ustad ini pergi ke peristirahatan terakhirnya.
Kematian ? Siapa yang tak mengalami kematian. Setiap makhluk yang bernyawa pasti mati. Dan aku sadar bahwa kematian perlu dipersiapkan. Apa bekal kita mati ? Aku belum lama ini mengikuti pengajian yang diadakan oleh sebuah yayasan yang mengurus kematian. Setiap Rabu Pahing para anggotanya mengadakan pengajian rutin. Anggota ini adalah para calon jenazah. Mereka bergabung dengan yayasan kematian ini mungkin untuk mempersiapkan kematiannya. Besok jika suatu ketika mereka mati ada orang yang bisa merawat jenazahnya. Ada yang memandikan jenazahnya, mensholatkannya bahkan ada mobil jenazah yang mengantarnya sampai ke peristirahan terakhir. Memang jika ada seseorang yang meninggal maka ahli warisnyalah yang wajib mempersiapkannya. Namun mungkin mereka yang mengikuti yayasan ini adalah mereka yang tak ingin merepotkan ahli warisnya. Dan tak pelak lagi, ketika aku mengikuti pengajian ini. Kebanyakan adalah orang-orang sepuh. Mungkin rata-rata usia mereka di atas 60 tahun. Ya.. aku salut pada mereka. Usia tak mempengaruhi mereka untuk mengaji. Inilah bekal mereka sebelum ajal menjemput, mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya.
Cerita tentang kematian mungkin banyak kita ketahui. Dan di sini ada cerita tokoh-tokoh dunia yang sudah kita dengar bisa menjadi pelajaran bagi kita yang masih hidup. Salah satunya kematian Khadafi, pemimpin Libya. Dunia mungkin terhenyak. Ini mugkin perharuan dari Negara Libya. Kisah tragis tewasnya khadafi cukup memberi hikmah pada kita. Setelah Kadhafi dinyatakan tewas rakyat malah bergembira. Rakyat turun ke jalan di Tripoli (ibukota Libya) untuk merayakan kabar tewasnya khadafi. Mereka melepaskan tembakan ke udara dan membunyikan klakson kendaraan. Kemeriahan tewasnya pemimpin Libya ini seperi rakyat yang merayakan kemerdekaan negaranya dari belenggu keserakahan negaranya. Bahkan jenazah Khadafi hanya disimpan di lemari pendingin sebuah pusat perbelanjaan dan dipertontonkan layaknya seorang penjahat bukan seorang presiden. Sungguh sangat ironis. Begitukah rakyat Libya memandang pemimpinnya. Selayaknya jika ada pemimpin negaranya meninggal pasti rakyatnya akan menangisi kepergiannya. Namun ini sangat berbeda di Libya. Di Libya, Khadafi dikenal sebagai pemimpin yang otoriter dan berkuasa sangat lama.
Lain Khadafi lain lagi dengan kisah Alfred Nobel, tokoh penemu dinamit. Pernyataan yang ditulis di sebuah suratkabar menyatakan “le marchand de la mort est mort” (Pedagang Kematian Meninggal) dan lebih lanjut menuliskan, "Dr. Alfred Nobel yang telah menjadi kaya raya menemukan sejumlah cara untuk membunuh manusia lebih cepat dari yang pernah ada sebelumnya itu, kemarin telah meninggal dunia." Nobel yang saat itu masih hidup kaget melihat berita itu di koran. Nobel merasa terpukul ternyata jika dia meninggal orang-orang akan menganggapnya sebagai orang yang jahat dan sejak itu Nobel bertekad jika suatu saat dia meninggal akan mewariskan hartanya untuk kemanusiaan. Karena salah berita akhirnnya koran mengklarifikasi bahwa yang meninggal bukan Alfred Nobel, penemu dinamit.
Nobel memang menjadi kaya dan terkenal akibat dinamit, namun ia merasa kecewa karena dinamit justru digunakan pihak militer untuk tujuan perang dan menghancurkan umat manusia. Nobel yang sangat cinta damai dan membenci perang, sebenarnya menginginkan dinamit dipakai untuk tujuan pembangunan.
Pada 27 November 1895 di Klub Swedia-Norwegia di Paris, Nobel menandatangani wasiat dan pernyataan terakhirnya dengan membentuk Hadiah Nobel untuk diberikan setiap tahunnya tanpa ada perbedaan bangsa. Nobel wafat terkena stroke pada 10 Desember 1896 di Sanremo, Italia. Jumlah yang disisihkan untuk yayasan Hadiah Nobel adalah sekitar 31 juta kronor (4.200.500 USD).
Pernyataan Nobel yang dipublikasikan pada 1888 sebelum wafatnya di sebuah suratkabar Prancis menyatakan bahwa dia mengutuk penemuan dinamitnya sehingga membuat dirinya memutuskan untuk meninggalkan sejumlah warisan bagi dunia seusai kematiannya.
Dari kisah kedua tokoh diatas kita dapat belajar tentang hidup sebelum kita mati. Kematian adalah sesuatu yang amat dekat, lebih dekat dari urat leher kita namun sering terlupakan. Mumpung kita masih hidup perbanyaklah berbuat adil pada orang lain. Kelak suatu saat nanti jika kita meninggalkan dunia ini dengan cara yang indah. Bukankah orang yang sukses menghadapi sang maut adalah mereka yang menutup hidupnya dengan indah (khusnul khotimah) ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar