Senin, 06 Mei 2013

FILOSOFI JAWA *


Urip iku urup
Hidup itu berkobar laksana nyala api maka ketika hidup ada hendaknya mampu membakar semangat dan member manfaat bagi orang lain di sekitar kita.
Irp oku urup, urup iku pepadhang, pepadhang iku madhangi sakiwo tengen sak alire ( hidup itu nyala, nyala itu penerang, penerang berarti menerangi orang-orang di sekitarnya)

Sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha
Harta dan kekuasaan bukan segala-galanya dalam melakukan hidup. Yang harus kita utamakan adalah budi pekerti. Kaya tanpa harta, kuat tanpa ajimat adalah kekayaan dan kekuasaan yang hakiki. Setiap dari kita diberi kekayaan dan kekuasaan oleh Sang pencipta.

Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman
Makin lama manusia hidup makin banyak hal yang dialami makin banyak pula hal yang bias dipelajari. Hal ini menjadi sesuatu yang alamiah sehingga sudah lumrah jika usia makin tua maka (seyogyanya) makin bijaksana juga makin jernih dalam berpikir di samping tak mudah terkejut, terkagum-kagum, tidak manja seta tidak gampang kecewa

Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kamareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung keinginan memperoleh kedudukan, materi dan kepusan duniawi lannya. Ada kalanya kekuasaan begitu memesona tapi kita tidak pernah tahu bahwa di balik semua itu banyak menyimpan hal-hal yang menakutkan. Hanya kesadaran manusia sebagai pelaku di dunia yang mempu mengimbanginya. Jika kesadaran itu lenyap tertimpa nafsu  maka kehancuran akan berproses untuk malahirkan kenistaan
Yang terpenting adalah bagaimana mengendalikan nafsu tersebut agar tidak membawa kehancuran bagi pelaku maupun lingkungan sekitar

Aja kumintar mundak keblinger
Jangan sok pinter soalnya akan mudah terpeleset. Sebetulnya kunci kebahagiaan adalah belajar dari orang lain dan bukan mengajari orang lain. Makin seseorang menunjukkan seberapa banyak ia tahu makin orang lain menemukan kekurangna dalam diri orang tersebut
Kita perlu belajar ngrungokke lan ora keminter. Semua orang tahu mendengar adalah tindakan yang penting dalam proses belajar mengajar. mendengar berarti menyimak apa yang orang lain sampaikan untuk memahami suatu hal yang baik. Meskipun dalam kenyataan banyak kita temui orang yang seharusnya dapat mendengar” tetapi ia tidak mau atau tidak mampu untuk mendengar. Telinga ibarat tanah, bisa ditaburi benih dengan baik tetapi bisa juga ditumbuhi semak berduri atau berbatu hingga tak mungkin ditumbuhi.

Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara
Manusia hidup harus memberantas sifat angkar murka, serakah dan tamak. Seharusnya manusia berbuat untuk kepentingan sesama dan bersama bukan atas kengingan individual.

Alon-alon waton klakon
Pelan-pelan asal terlaksana. Filosofi ini sebeanarnya berisika pesan tentang keamanan, safety. Meskipun bukan keamanan yang ala kadarnya karena pesan ini menyimpan kandungan makna yng sangat dalam. Filosofi yang mengisyaratkan tentang khati-hatiaan, kewaspadaan, keteguhan dsan keuletan. Tapi filosofi ini perlu ditempatkan sesuai proporsinya jika berada era sekarang ini yang serba instan dan serba cepat. Tepatnya mengutip filosofi dagadu, alon-alon waton on time.

Nrimo ing pandum
Kita hendaknya menjadi manusia yang menerima apa yang diberikan Tuhan. Nrimo bermakna menerima apa yang sudah menjadi rezeki kita dengan tetap tak menutup kemungkinan untuk terus berusaha mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam hidup. Intinya, harus ikhlas menerima hasil usaha yang sudah dilakukan.
Artinya mendalam di filosofi ini menunjukkan pada sikap kejujuran, keikhlasan, ringan tangan dalam bekerja dan mengikis keinginan untuk korupsi.

Saiki zaman edan yen ora edan ra komanan. Sing bejo sing eling lan waspada.
Sekarang zaman gila kalau tak gila maka tidak kebagian, yang beruntung adalah yang selalu ingat dan waspada. Begitu makna di atas.


* pernah dimuat di blog multiplyku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar