Minggu, 23 Juni 2013

Belajar dari Bu Een

Ibu satu ini pertama kali aku melihatnya saat peringatan hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei yang lalu, saat salah satu televisi swasta memperlihatkan salah satu figur inspirasi di bidang pendidikan. Dan ternyata sosok ibu ini ada muncul lagi di televisi karena beliau merupakan salah satu peraih special award dalam ajang Liputan 6 Awards. Dan sekitar awal juni, ibu ini sempat bertemu pak SBY di istana kepresidenan dengan tetap berbaring di tempat tidur.
Dialah bu Een Sukaesih, aku ingin mengangkat tokoh ini karena kebetulan tak jauh dari dunia pendidikan. Aku ingin bercermin pada Bu Een. Seperti ucapannya yang masih kuingat, “ Saya mungkin mengajar dengan tak banyak ilmu tapi saya mengajar dengan kasih sayang.”
Ada banyak alasan bagi Een Sukaesih untuk meratapi hidupnya. Hampir 28 tahun ia hanya bisa berbaring tak berdaya akibat penyakit radang sendi (rheumatoid arthritis) yang ia derita. Tapi Een tak menyerah. Perempuan 50 tahun itu memilih terus bertahan hidup, melakukan apa yang ia bisa untuk sesama dengan cara mendidik anak-anak. Bagi Bu Een, ada banyak alasan untuk tetap kuat: nafas yang masih dihirup, bibir yang masih bisa bertutur, ingatan yang tajam. Juga inspirasi dari banyak orang.
      Salah satunya, Jenderal Soedirman, Sang Panglima Besar. "Jenderal Soedirman dan saya sama-sama sakit. Saya pernah nonton Film 'Janur Kuning', di situ ada tokoh Jenderal Soedirman yang sedang sakit parah, sakit paru-paru tapi beliau masih bisa ditandu dan berjuang mengusir penjajah," ujar Een saat ditemui Liputan6.com di kediamannya di RT 01 RW 06 Dusun Dusun Batukarut, Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
       Een berpendapat, tidak semua orang dapat melakukan apa yang dilakukan Jenderal Soedirman. Meski dalam kesulitan, ia tetap berjuang dengan tulus untuk negeri ini.
"Makanya saya masih suka kebayang Jenderal Soedirman, batuk-batuk tapi masih bisa pimpin perjuangan, Subhanallah.. Nggak semua orang bisa. Banyak inspirasi perjuangan dari beliau."
Selain Jenderal Sudriman, sosok pahlawan nasional lain juga turut menginspirasi perjuangan hidupnya selama ini adalah Kartini dan Dewi Sartika.
"Kartini yang sosok perjuangan luar biasa, pahlawan wanita, kalau laki-laki mungkin dianggap biasa. Begitu juga Dewi Sartika. Harta benda beliau habis buat pendidikan. Makanya kalau saya punya uang kenapa nggak bisa seperti Dewi Sartika," kata Een. "Dewi Sartika juga berjuang untuk Jawa Barat, itu hebat."
      Tak hanya itu, ketauladanan para nabi juga turut menyuntik semangat hidupnya. Seperti Nabi Ayub yang hampir serupa dengan apa yang dialaminya sekarang ini. "Terutama Nabi Ayub yang diberi cobaan sakit, hanya disisakan lidah dan hatinya. Sampai dicoba lewat istrinya, sakit yang sangat membuat orang menderita tapi Nabi Ayub akhirnya sembuh," ungkap Een. "Saya suka baca sejarah Nabi Ayub dan baca doa Nabi Ayub. Barangkali ada mukjizat seperti Nabi Ayub," harap dia.
       Mantan calon pegawai negeri sipil, Een Sukaesih mengaku cukup kaget saat menerima sejumlah penghargaan. Karena selama ini tak pernah terbesit di pikiran Een untuk mendapat penghargaan. Menurutnya penghargaan yang diterimanya itu merupakan amanah yang harus diemban.
       Berbagai penghargaan di bidang pendidikan yang telah disandang Een. Misalnya, pengahargaan Peraih PR Award 2013 dari Pikiran Rakyat, Teacher Award 2012 dari Komunitas Guru Jawa Barat sebagai 'Guru Sejati', Kartini Award 2012 sebagai perempuan Indonesia terinspiratif bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Kemudian penghargaan dari Kabupaten Sumedang sebagai tokoh masyarakat di bidang pendidikan 2013, penghargaan Universitas Pendidikan Indonesia kategori Pelopor dan Unggul. Lalu penghargaan dari Bank Mandiri Syariah BSM Edu Award, penghargaan Sumedang Motekar, Dompet Duafa Award bidang pemberdayaan pendidikan, dan Liputan 6 Special Award 2013.

Sumber : Liputan6.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar