Minggu, 02 Juni 2013

Kisah Akhir Sari


K
emarin Selasa ada yang peristiwa yang menghebohkan di sekitar rumahku. Pagi itu saat aku akan berangkat, ada banyak kerumunan orang di sekitar jalan rumahku. Ada apa ? Kemudian aku dan ibuku bertanya pada tetangga. Ternyata Sari (nama disamarkan) meninggal. Aku langsung kaget. Dan yang lebih mengagetkan lagi dia meninggal tertabrak kereta. Aku langsung lemas mendengar kabar itu. Karena aku ada jadual pagi maka aku buru-buru berangkat dan tak tahu kabar selanjutnya tentang kematian Sari. Saat aku melewati rel di bawah jembatan layang dan telah banyak orang dan polisi. Ah, ternyata benar ada orang yang tertabrak kereta. Sepanjang perjalanan, hatiku tak tenang. Badan rasanya masih lemas. Aku masih tak percaya dengan kabar pagi ini. Aku tak menyangka Sari akan meninggal dengan tragis seperti itu.

Sari adalah tetanggaku. Kebetulan dia juga teman kecilku. Walaupun tetangga aku jarang ngobrol lama. Hanya ketika berpapasan kita hanya say hello saja. Aku dan Sari dari TK dan SD bersekolah yang sama dan satu kelas. Namun saat lulus SD, kita berbeda sekolah sampai aku kuliah. Saat lulus SMA sepertinya Sari sempat kuliah namun keinginannya dia ingin kerja. Karena bapak ibunya bercerai, sejak kecil Sari tinggal bersama nenek asuhnya. Seingatku saat aku kuliah Sari pindah ke Kalimantan mengikuti ibu kandungnya.  Sejak itu dia tak terdengar kabarnya sampai akhirnya  setelah dia kembali lagi ke Yogya dengan membawa anak. Ternyata di Kalimantan dia menikah. Sari ke Yogya dengan anaknya tanpa suami. Akhirnya dia jadi single parent. Beberapa tahun kemudian dia menikah lagi dan mempunyai seorang anak laki-laki lagi.
Setelah pulang dari Kalimantan, ada yang berbeda dengan hidup Sari. Setiap ada masalah, dia akan berperilaku lain. Dia sempat dirawat di rumah sakit. Kabarnya Sari ada gangguan psikologis. Jika sakitnya kambuh dia hanya di rumah tak boleh keluar rumah. Sari hanya ibu rumah tangga biasa. Jika tak ada kerjaan dia akan naik sepeda keliling kampung. Suaminya yang sekarang juga tak bekerja. Suaminya hanya ngurusi burung. Karena keadaan ekonominya yang belum mapan maka keluarga Sari masuk dalam keluarga yang mendapat kartu Jamkesmas. Seperti curhatannya sebenarnya dia ingin sekali bekerja tapi karena kondisi psikologisnya maka tak ada orang yang mau memperkerjakannya. Dan Sari pun tahu diri. Untungnya anaknya yang sulung diasuh dan disekolahkan oleh nenek Sari yang dulu juga mengasuh Sari. Anak sulungnya juga rajin dan pintar. Aku cukup tahu itu karena kebetulan anaknya pernah les ke rumahku. 

Dan begitulah Sari. Semua orang tak menyangka hidupnya akan berakhir dengan menyedihkan. Kabarnya Sari memang telah beberapa kali mencoba bunuh diri namun dapat tertolong. Sungguh kasihan.. kasihan lagi anak-anak yang ditinggalkannya. Anaknya yang sulung sangat terpukul. Aku hanya berharap semoga Sari tenang disisiNya dan diampuni segala dosa-dosanya. Amin.. dan teruntuk  anak-anaknya smoga juga tabah akan kepergian ibu kandungnya.   Insya Alloh kelak mereka akan menjadi anak yang sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar