Rabu, 26 Juni 2013

Dolanan Anak

Belum lama ini mengikuti sebuah acara perpisahan /tutup tahun anak-anak TK. Format acara perpisahan kali ini sedikit berbeda dengan acara perpisahan pada tahun sebelumnya. Tahun ini pentas seni anak  berubah ke format dolanan anak. Jadi anak-anak terutama anak kelas B, semua ikut serta dalam dolanan anak ini. Anak-anak akan berbicara dalam bahasa jawa yang diselingi nyanyian dan tarian .  Iringan musiknya pun cukup dari kentongan bambu yang dimainkan anak-anak putra. Cukup menarik juga. Salut pada para ibu guru yang mempunyai ide cemerlang ini. Hal ini membuktikan bahwa anak sekarang perlu tahu tentang dolanan anak jaman dahulu sekalian memperkenalkan bahasa jawa. Buktinya anak sekarang tidak tahu angka dalam bahasa jawa. Aku yang melatih hitungan cukup kewalahan saat menerangkan angka dalam bahasa jawa. Saat di kelas mereka pintar berhitung tapi saat hitungan basa jawa. Semua macet. Mereka pasti bertanya “ Lorikur ki piro to Bu ? atau pitungpuluh enem tuh berapa ? Wadeeww.. Akhirnya supaya anak-anak mengerti, angka diucapkan dalam bahasa Indonesia. Ga matching sih tapi tak apa daripada acara tak lancar gara-gara angka. Maklum lah mereka anak-anak kalangan menengah ke atas yang mungkin jarang diajari bahasa jawa selain itu mereka juga masih kecil perlu waktu untuk belajar bahasa jawa.
Dolanan anak cukup menarik untuk diangkat. Karena anak-anak jaman sekarang lebih tertarik games komputer. Bahkan dengan teknologi yang lebih canggih, anak-anak cukup main games di tablet milik ortunya yang dapat dibawa kemana-mana. Dan alhamdullilah masa kecilku, aku masih mengenal dolanan anak yang mungkin sekarang sudah menghilang seperti bekelan, dakon, dhelik-dhelikan (petak umpet), gobag sodor,  engklek, lompat tali pake karet gelang, ular naga panjangnya. Untuk yang cowok ada nekeran (bermain kelereng) dan benthik. Aku juga pernah main cublak-cublak suweng dengan kakak-kakakku. Ah, sungguh indah memang masa kecil itu.
Dan permainan jaman dulu lebih mengadalkan aspek sosial karena permainan jaman dulu perlu banyak orang sehingga anak mudah berinteraksi  dan menyehatkan karena banyak gerak. Selain itu, dolanan anak tidak sekadar menghadirkan kebahagiaan pada anak-anak karena juga bisa memberikan berbagai kecakapan dan keterampilan tumbuh dalam diri anak secara alami. Permainan itu melatih anak dalam bersosialisasi, berkomunikasi, dan menghaluskan budi.
 Beda dengan permainan jaman sekarang yang lebih individualis. Anak-anak era sekarang lebih sering terlihat serius di depan televisi, komputer, gadget dengan aneka game, dibanding bermain di halaman rumah bersama teman-teman. Artinya mereka jarang berinteraksi dengan sebaya. Perkembangan teknologi membuat mereka tumbuh menjadi makhluk individual. Mereka seolah tidak membutuhkan orang lain. Mereka dapat menciptakan dunianya sendiri dengan imajinasi yang mereka peroleh dari berbagai permainan bagian dari fitur produk berteknologi canggih yang memanjakan kehidupan. Selain melunturkan seni tradisi yang sarat ajaran adiluhung, permainan modern dapat membentuk karakter negatif dalam diri anak. Mereka menjadi individualistis, menyimpang dari kodratnya sebagai makhluk sosial.
Dolanan tradisional anak yang menjadi primadona pada zamannya, kini tinggal kenangan karena terimpit kemajuan teknologi. Pada satu sisi teknologi memang menciptakan kemudahan dan rasa nyaman bagi manusia namun pada sisi lain, kenyamanan itu dapat menjadi bumerang bagi anak-anak. Adanya  perkembangan dan kemajuan teknologi tidak seharusnya melunturkan budaya, justru sebaliknya harus bisa membuat budaya berkembang kian pesat.
Kepunahan dolanan anak yang merupakan bagian dari budaya tradisonal yang adiluhung, sesungguhnya bukan semata-mata lantaran kepesatan perkembangan teknologi. (sumber: google.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar