Ada satu kejadian yang
agak mengusik hati untuk aku ceritakan. Ada seorang ibu yang pulang dari umroh.
Kebetulan si ibu ini adalah istri mantan ketua RT. Karena beliau seorang janda
maka beliau berangkat umroh bersama anaknya. Sebelum berangkat umroh, si ibu
ini berpamitan secara lesan di pengajian dan arisan. Jadilah para tetangga tahu
kalau si ibu akan berangkat umroh pertengahan bulan. Dan yang membikin hati ini
sedikit terganggu adalah saat si ibu ini
pulang umroh. Para tetangga yang lain (yang masih satu RT) berbondong-bondong
mengunjungi si ibu. Mungkin maksud hati ingin mendengarkan cerita umrohnya dan
sekalian tentunya mengharap oleh-oleh dari umroh. Namun kenyataan berkata lain
saat berkunjung ke rumahnya, si ibu itu hanya menyuguhi tetangganya dengan air
zamzam dan tontonan video saat ibu itu berada di Mekkah. Sebenarnya ada kurma
di meja tamu tapi para tetangga tidak berani mengambilnya karena si ibu
tersebut tidak mempersilahkan untuk menyantap kurma. Alhasil para tetangga
pulang dengan tangan hampa. Harapan mereka untuk mendapat oleh-oleh sedikit pun
tidak ada. Tetangga pun kecewa..
Mendengar cerita ini aku
hanya tersenyum simpul. Mengapa ibadah selalu dibesar-besarkan. Umroh memang
hanya ibadah sunnah bagi orang yang mampu. Aku tak habis mengerti mengapa para
tetangga harus berbondong-bondong ke tempat orang yang pulang umroh layaknya
seperti orang yang pulang naik haji. Di kampungku mungkin umroh adalah hal yang
besar karena tak banyak orang yang bisa berangkat umroh. Ada beberapa tetangga
yang pernah umroh namun tak seheboh ini. Mereka juga berangkat dengan diam-diam
karena bagi mereka umroh bukan ibadah yang harus diumumkan. Namun satu orang mungkin
beda dengan yang lain. Bagi si ibu itu mungkin umroh ini adalah ibadah yang
bisa dilakukannya karena jika ibu akan naik haji akan menunggu waktu yang lama.
Aku terkadang kurang sreg jika ada orang berangkat haji selalu
dibesar-besarkan. Mungkin jika orang itu mampu mungkin tak masalah namun jika
akan mengadakan pengajian besar-besaran untuk pamitan dan pulang haji. Namun
jika yang berangkat itu hanya orang biasa saja, apakah acara pamitan perlu
diadakan besar-besaran juga. Mengingat orang biasa ini perlu bersusah payah
untuk menabung agar bisa naik haji. Namun pamitan haji adalah suatu tradisi.
Jika ada satu tetangga naik haji maka orang sekampung akan mengantarkannya. Ah
sudahlah, kita tidak mungkin menghentikan kebiasaan ini. Namun hanya kita pikirkan
apakah perlu kita menghambur-hamburkan uang hanya untuk menjaga suatu ”tradisi”.
Karena maknanya ibadah hanya urusan kita
dengan Alloh Swt.
bahan renungan kita semua
BalasHapus